Resensi
Novel Salah Asuhan
1. Judul : SALAH ASUHAN
2. Pengarang : Abdoel Moeis.
3. Penerbit : PT Balai Pustaka (Persero).
4. tahun buku : 2002.
5. Jumlah Halaman : 242 Halaman.
6. Tebal Buku : 0,9 Cm.
7. Harga buku : Rp-24.000,-.
8. Berat Buku : 200 gram.
9. kota terbit : Jakarta.
10. Dimensi (LxP) : 14,5 x 20,5 cm.
11. nomor ISBN : 979-407-064-5.
Ringkasan Cerita :
Hanafi adalah seorang keturunan
Indonesia yang kebarat-baratan. sejak kecil dia di sekolahkan ibunya di salah
satu sekolah Belanda tepatnya di Solok. Dia dititipkan oleh ibunya di salah
satu rumah Belanda. Dia selalu bergaul dengan orang-orang Belanda. Sejak kecil
hanafi berteman dengan seorang gadis Indo-Eopa yang cantik jelita yang bernama
corrie,sehingga lama-kelamaan hanafi jatuh cinta pada Corrie.tetapi cinta
hanafi dan Corrie tidak dapat bersatu karena adanya perbedaan bangsa. Karena
jika seorang perempuan bangsa eropa menikah dengan orang bumiputra maka ia akan
dikucilkan oleh bangsanya sendiri. akhirnya Corrie pun pergi ke Betawi untuk
menghindari Hanafi dan sekaligus melanjutkan sekolahnya.
Melihat anaknya yang tidak kunjung
menikah,akhirnya ibu Hanafi imemperkenalkan anaknya dengan seorang gadis
Minangkabau yang berperangai halus dan
baik budi pekertinya. Rapiah adalah sepupu Hanafi sendiri. Hanafi menolak untuk
dinikahkan dengan Rapiah karena hanafi tiidak menyukai orang bumiputera dan ia
sangat mencintai Corrie. Akhirnya dengan bujukan ibunya Hanafi pun mau
dinikahkan dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah
hanya diperlakukan seperti pembantu. Ia perlakukan tidak adil dan selalu di
marahi oleh Hanafi yang sudah menjadi suaminya itu. Tetapi dengan sabar dan
lemah lembut Rapiah tetap melayani suaminya.
Dan akhirnya Hanafi dan Rapiah dikaruniai
seorang anak yang bernama Syafei. Hanya anaknya itulah yang mampu membuat hati
Rapiah menjadi tenang ketika ia dimarahi oleh suaminya. Dengan sabar ia merawat
anaknya itu.
Suatu hari ketika hanafi sedang
berdebat dengan ibunya, iaa digigit oleh seekor anjing gila uang
mengharuskannya berobat ke Betawi. Di Betawi Hanafi kembali dipertemukan
kembali dengan Corrie.kemudia ia menikah dengan Corrie dan mengirimkan surat
kepada ibunya ia memutuskan untuk tidak kembali ke desanya dan menceraikan
Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sedih melihat kelakuan Hanafi, tetapi Rapiah
sangat sabar dan tetap tinggal bersama ibunya Hanafi.
Perkawinan Hanafi dan Corrie ternyata
tidak berjalan dengan baik ,kehidupan mereka tidak bahagia. Suatu hari Hanafi
menuduh Corrie berzina dengan orang lain, karena sakit hati mendengar tuduhan
suaminya. Corrie pun bercerai dengan Hanafi, kemudian Corrie pun pergi ke
Semarang dan menjadi pegawai panti asuhan.
Hanafi merasa bersalah kepada Corrie.
Semalaman Hanafi tidak dapat tidur karena memikirkan Corrie. Keesokan harinya,
Hanafi pergi ke Semarang untuk menemui Corrie. Namun Corrie sedang dirawat di
rumah sakit karena penyakit Cholera yang dideritanya. Akhirnya Corrie meninggal
dunia. Akhirnya kabar kematian Corrie diketahui oleh Hanafi. Hanafi sangat
sedih dan merasa bersalah karena telah
menyakiti hati Corrie.Kemudian karena sangat sedih, Hanafi pun memutuska
kembali ke kampung halamannya untuk menemui ibunya. Disana kehidupan Hanafi
sangat menyedihkan, setiap hari ia hanya mengurung diri di kamar. Seakan-akan
hidupnya sudah tidak berarti lagi.suatu hari Hanafi meminum sublimat untuk
mengakhiri hidupnya. Hanafi sempat dibawa ke rumah sakit oleh ibunya dan
dirawat tetapi saying takdir berkata lain ia pun meninggal dunia di rimah sakit.
Sebelum meninggal dunua ia berpesan untuk menjaga anaknya Syafei dan Hanafi pun
meminta maaf kepada ibunya atas semua perbuatan yang ia lakukan.
Unsur Instrinsik novel:
a. Tema : Seorang pemuda yang berpandangan ke Barat-Baratan.
b. Alur : Alur Maju-mundur.
c. Setting/Latar : Latar
Tempat (Rumah Hanafi, Kantor Pos, Gang Pasar
Baru, Probolinggo, Hotel Semeru, Sukabumi dan Betawi),
Latar Waktu (Pagi hari,Siang hari,Sore hari, dan Malam hari)
Baru, Probolinggo, Hotel Semeru, Sukabumi dan Betawi),
Latar Waktu (Pagi hari,Siang hari,Sore hari, dan Malam hari)
Latar
Suasana ( Menyedihkan).
d. Tokoh : Ibu Hanafi, Rapiah, Hanafi, Corrie, tuan du busse, buyung, Tante Lien dan Mina.
e. Watak tokoh : - Ibu Hanafi : Sabar, baik, penyayang.
- Rapiah : Baik, sabar, lembut.
- Hanafi : Egois, keras kepala, pemarah.
- tuan du bussee : penuh kasih saying,baik..
- Corrie : Baik hati, mudah bergaul, sabar, berani.
- Tante Lien : Pembohong.
- Mina : Penurut,ceria.
- Rapiah : Baik, sabar, lembut.
- Hanafi : Egois, keras kepala, pemarah.
- tuan du bussee : penuh kasih saying,baik..
- Corrie : Baik hati, mudah bergaul, sabar, berani.
- Tante Lien : Pembohong.
- Mina : Penurut,ceria.
- buyung : penurut.
f. Bahasa : Batak,
Minang, Melayu, dan diselipkan juga bahasa Belanda.
g. Majas : Alerogi(perumpamaan),
Hiperbola, Ironi, dan Litotes.
h. Nilai : Nilai
agama, nilai ketika, nilai social budaya.
i. Amanat : - Janganlah membantahi perkataan ibu.
- Turutilah perkataan ibu, jangan menuruti
kehendak sendiri.
- Cintailah keluarga dan bangsa sendiri.
Unsur Ekstrinsik novel:
a. biografi penulis:
Abdoel Moeis, adalah
seorang pengarang zaman Balai Pustaka yang berasal dari daerah Minangkabau.
Ayahnya orang minang dan ibunya orang
sunda. Ia adalah seorang pejuang kebangsaan Indonesia yang sezaman dengan
H.O.S. cokrominoto dan ki hajar dewantara. Sebagai perintis kemerdekaan.
Ia mulai menerjuni
lapangan politik sejak tahun 1920 sebagai anggota Indie Werbar, kemudian
menjadi pemimpin serikat islam dan menjadi anggota Volksraad. Setelah
menyelesaikan pelajarannya di sekolah rendah belanda di Bukit Tinggi, ia
melanjutkan pelajaran di Stovia, tetapi tidak sampai selesai. Kemudian ia
menjadi wartawan di Bandung. Dengan mengetengahkan tokoh Hanafi dalam roman
salah asuhan, Abdoel Moeis mengkritik sikap dan tingkah laku kaum borjuis yang
kebarat-baratan dan lupa daratan. Dalam roman tersebut soal adat masih
disinggung-singgungya, bahkan dikritiknya tajam sekali. Beberapa karyanya
berupa romannya adalah Surapati, Robert anak Surapati, dan Pertuaman Jodoh.
Kelebihan Novel
Dalam
penulisan Novel ini Banyak menggunakan pantun-pantun dan Pribahasa, sehingga
Pembaca tidak Bosan untuk membacanya dan pembaca masih terus ingin tau kelanjutan dari isi
cerita didalam Novel Ini.
Kekurangan Novel
Dalam
Penulisan Novel ini banyak menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh
pembaca seperti penggunaan bahasa belanda dan sedikit juga menggunakan bahasa
melayu, sehingga bagi pembaca yang tidak mengerti dalam penggunaan bahasa
melayu dan belanda akan sulit untuk memahami isi dari cerita Novel Salah
Asuhan.