Senin, 30 Mei 2016

Resensi Novel Salah Asuhan

Resensi Novel Salah Asuhan

1.  Judul                           :    SALAH ASUHAN   
2.  Pengarang                   :    Abdoel Moeis.
3.  Penerbit                      :    PT Balai Pustaka (Persero).
4.  tahun buku                  :    2002.
5.  Jumlah Halaman         :    242 Halaman.
6.  Tebal Buku                 :    0,9 Cm.
7.  Harga buku                 :    Rp-24.000,-.
8.  Berat Buku                 :    200 gram.
9.  kota terbit                   :    Jakarta.
10.     Dimensi (LxP)       :    14,5 x 20,5 cm.
11.     nomor ISBN          :    979-407-064-5.





Ringkasan  Cerita     :
          Hanafi adalah seorang keturunan Indonesia yang kebarat-baratan. sejak kecil dia di sekolahkan ibunya di salah satu sekolah Belanda tepatnya di Solok. Dia dititipkan oleh ibunya di salah satu rumah Belanda. Dia selalu bergaul dengan orang-orang Belanda. Sejak kecil hanafi berteman dengan seorang gadis Indo-Eopa yang cantik jelita yang bernama corrie,sehingga lama-kelamaan hanafi jatuh cinta pada Corrie.tetapi cinta hanafi dan Corrie tidak dapat bersatu karena adanya perbedaan bangsa. Karena jika seorang perempuan bangsa eropa menikah dengan orang bumiputra maka ia akan dikucilkan oleh bangsanya sendiri. akhirnya Corrie pun pergi ke Betawi untuk menghindari Hanafi dan sekaligus melanjutkan sekolahnya.
          Melihat anaknya yang tidak kunjung menikah,akhirnya ibu Hanafi imemperkenalkan anaknya dengan seorang gadis Minangkabau  yang berperangai halus dan baik budi pekertinya. Rapiah adalah sepupu Hanafi sendiri. Hanafi menolak untuk dinikahkan dengan Rapiah karena hanafi tiidak menyukai orang bumiputera dan ia sangat mencintai Corrie. Akhirnya dengan bujukan ibunya Hanafi pun mau dinikahkan dengan Rapiah. Karena Hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti pembantu. Ia perlakukan tidak adil dan selalu di marahi oleh Hanafi yang sudah menjadi suaminya itu. Tetapi dengan sabar dan lemah lembut Rapiah tetap melayani suaminya.
          Dan akhirnya Hanafi dan Rapiah dikaruniai seorang anak yang bernama Syafei. Hanya anaknya itulah yang mampu membuat hati Rapiah menjadi tenang ketika ia dimarahi oleh suaminya. Dengan sabar ia merawat anaknya itu.
          Suatu hari ketika hanafi sedang berdebat dengan ibunya, iaa digigit oleh seekor anjing gila uang mengharuskannya berobat ke Betawi. Di Betawi Hanafi kembali dipertemukan kembali dengan Corrie.kemudia ia menikah dengan Corrie dan mengirimkan surat kepada ibunya ia memutuskan untuk tidak kembali ke desanya dan menceraikan Rapiah. Ibu Hanafi dan Rapiah pun sedih melihat kelakuan Hanafi, tetapi Rapiah sangat sabar dan tetap tinggal bersama ibunya Hanafi.
          Perkawinan Hanafi dan Corrie ternyata tidak berjalan dengan baik ,kehidupan mereka tidak bahagia. Suatu hari Hanafi menuduh Corrie berzina dengan orang lain, karena sakit hati mendengar tuduhan suaminya. Corrie pun bercerai dengan Hanafi, kemudian Corrie pun pergi ke Semarang dan menjadi pegawai panti asuhan.
          Hanafi merasa bersalah kepada Corrie. Semalaman Hanafi tidak dapat tidur karena memikirkan Corrie. Keesokan harinya, Hanafi pergi ke Semarang untuk menemui Corrie. Namun Corrie sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit Cholera yang dideritanya. Akhirnya Corrie meninggal dunia. Akhirnya kabar kematian Corrie diketahui oleh Hanafi. Hanafi sangat sedih dan merasa bersalah karena  telah menyakiti hati Corrie.Kemudian karena sangat sedih, Hanafi pun memutuska kembali ke kampung halamannya untuk menemui ibunya. Disana kehidupan Hanafi sangat menyedihkan, setiap hari ia hanya mengurung diri di kamar. Seakan-akan hidupnya sudah tidak berarti lagi.suatu hari Hanafi meminum sublimat untuk mengakhiri hidupnya. Hanafi sempat dibawa ke rumah sakit oleh ibunya dan dirawat tetapi saying takdir berkata lain ia pun meninggal dunia di rimah sakit. Sebelum meninggal dunua ia berpesan untuk menjaga anaknya Syafei dan Hanafi pun meminta maaf kepada ibunya atas semua perbuatan yang ia lakukan.




Unsur Instrinsik novel:
a.  Tema                        :    Seorang pemuda yang berpandangan ke Barat-Baratan.
b.  Alur                          :    Alur Maju-mundur.
c.  Setting/Latar            :    Latar Tempat (Rumah Hanafi, Kantor Pos, Gang Pasar
Baru, Probolinggo, Hotel Semeru, Sukabumi dan Betawi),        
Latar Waktu (Pagi hari,Siang hari,Sore hari, dan Malam hari)
                                           Latar Suasana  ( Menyedihkan).
d.  Tokoh                       :    Ibu Hanafi, Rapiah, Hanafi, Corrie, tuan du busse, buyung, Tante  Lien dan Mina.            
e.  Watak tokoh            :    -    Ibu Hanafi                :    Sabar, baik, penyayang.
                                           -    Rapiah                      :    Baik, sabar, lembut.
                                           -    Hanafi                      :    Egois, keras kepala, pemarah.
                                           -    tuan du bussee         :    penuh kasih saying,baik..
                                           -    Corrie                       :    Baik hati, mudah bergaul, sabar, berani.
                                           -    Tante Lien                :    Pembohong.
                                           -    Mina                         :    Penurut,ceria.
                                           -    buyung                     :    penurut.
f.  Bahasa                      :    Batak, Minang, Melayu, dan diselipkan juga bahasa Belanda.
g.  Majas                        :    Alerogi(perumpamaan), Hiperbola, Ironi, dan Litotes.
h.  Nilai                         :    Nilai agama, nilai ketika, nilai social budaya.
i.   Amanat                    :    -    Janganlah membantahi perkataan ibu.
                                           -    Turutilah perkataan ibu, jangan menuruti kehendak sendiri.
                                           -    Cintailah keluarga dan bangsa sendiri.

Unsur Ekstrinsik  novel:
a.  biografi penulis:
          Abdoel Moeis, adalah seorang pengarang zaman Balai Pustaka yang berasal dari daerah Minangkabau. Ayahnya  orang minang dan ibunya orang sunda. Ia adalah seorang pejuang kebangsaan Indonesia yang sezaman dengan H.O.S. cokrominoto dan ki hajar dewantara. Sebagai perintis kemerdekaan.

          Ia mulai menerjuni lapangan politik sejak tahun 1920 sebagai anggota Indie Werbar, kemudian menjadi pemimpin serikat islam dan menjadi anggota Volksraad. Setelah menyelesaikan pelajarannya di sekolah rendah belanda di Bukit Tinggi, ia melanjutkan pelajaran di Stovia, tetapi tidak sampai selesai. Kemudian ia menjadi wartawan di Bandung. Dengan mengetengahkan tokoh Hanafi dalam roman salah asuhan, Abdoel Moeis mengkritik sikap dan tingkah laku kaum borjuis yang kebarat-baratan dan lupa daratan. Dalam roman tersebut soal adat masih disinggung-singgungya, bahkan dikritiknya tajam sekali. Beberapa karyanya berupa romannya adalah Surapati, Robert anak Surapati, dan Pertuaman Jodoh. 



Kelebihan Novel
            Dalam penulisan Novel ini Banyak menggunakan pantun-pantun dan Pribahasa, sehingga Pembaca tidak Bosan untuk membacanya dan pembaca  masih terus ingin tau kelanjutan dari isi cerita didalam Novel Ini.

Kekurangan Novel
            Dalam Penulisan Novel ini banyak menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh pembaca seperti penggunaan bahasa belanda dan sedikit juga menggunakan bahasa melayu, sehingga bagi pembaca yang tidak mengerti dalam penggunaan bahasa melayu dan belanda akan sulit untuk memahami isi dari cerita Novel Salah Asuhan.